Ilmu Sebagai Syarat Sahnya Ucapan dan Perbuatan
Ilmu merupakan syarat sahnya ucapan dan perbuatan,
karena ilmu memperbaiki niat dan amal. “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya
tidak ada Tuhan selain Allah, dan ampunlah atas dosamu dan atas dosa orang
mukmin dan mukminat…” (QS. Muhammad: 19). Dalam ayat ini ada perintah
mendahulukan ilmu, yaitu kata “ketahuilah” daripada perintah memohon ampun.
(Imam al-Bukhari)
Ilmu Untuk Diamalkan
Setelah saya memperhatikan, hanya sedikit para ulama
dan kalangan terpelajar yang mempunyai kesungguhan. Di antara tanda kesungguhan
adalah mencari ilmu untuk beramal, sementara kebanyakan dari mereka menjadikan
ilmu hanyalah sebagai alat untuk mencari pekerjaan dan mengejar kedudukan.
Mereka berbondong-bondong mencari ilmu agar diangkat menjadi hakim atau hanya
ingin membuat dirinya sekadar berbeda dari orang lain dan merasa cukup dengan
hal itu. (Imam Ibnu al-Jauzy).
Ilmu yang Bermanfaat
Marilah kita memohon kepada Allah ilmu yang
bermanfaat untuk kita, karena itulah sumber pengetahuan yang baik. Tatkala kita
memiliki ilmu yang berguna, kita pasti mengenal Allah dengan cara yang benar
dan kita akan tergerak untuk bekerja sesuai dengan syariat-syariat-Nya dan
dengan cara yang diridhai-Nya. Kita pun akan senantiasa dituntun kepada jalan
keikhlasan. Asal-muasal segala sesuatu adalah ilmu, dan ilmu yang paling
bermanfaat adalah melihat/ membaca perjalanan hidup Rasulullah dan para
sahabatnya. Allah berfirman, “Mereka adalah orang-orang yang Allah beri
petunjuk, maka ikutilah jejak hidayah mereka.” (QS. al-An’am [6]: 90). (Imam
Ibnu al-Jauzy)
Instrospeksi Diri
Kekurangan dan kelebihan seseorang akan tampak jika
kita terus-menerus menginstropeksi diri. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Imam Ibnul Qayyim pernah membahas firman Allah Swt.
yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap jiwa melihat apa yang ia lakukan untuk hari esok. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian
lakukan.” (QS. Al-Hasyr: 18). Imam Ibnul Qayyim mengatakan, bahwa perintah
Allah dalam ayat tersebut mengandung anjuran kepada setiap orang untuk dua hal.
Pertama, mengevaluasi diri masing-masing. Dan kedua, melihat dan menghitung
apakah perbekalan yang telah ia persiapkan di dunia sudah cukup saat ia bertemu
dengan Allah atau belum.
Jangan Berputus Asa
Janganlah berputus asa karena ia bukan akhlak kaum
muslimin. Hakikat hari ini adalah impian hari kemarin, dan impian hari ini
adalah kenyataan hari esok. Kesempatan masih luas dan unsur-unsur kebaikan masih
kuat dan besar dalam jiwa kalian yang mukmin, meskipun tertutupi oleh berbagai
fenomena kerusakan. Yang lemah tidak selamanya lemah, dan yang kuat tidak
selamanya menjadi kuat. (Imam Hasan al-Banna)
Jiwa yang Senantiasa Sadar dan Waspada
Andaikata jiwa terus sadar dan waspada, maka ia akan
terus melakukan yang terbaik. Jika tidak, maka ia akan terjebak pada perasaan
bangga, ketakaburan, dan sikap meremehkan orang-orang lain. Akhirnya, ia akan
berkata, “Aku telah memiliki segalanya, aku berhak untuk berbuat apa saja!”
Orang seperti itu akan membiarkan hawa nafsunya terjun ke dalam dosa-dosanya.
Padahal, kalau saja ia berdiri di pantai kerendahan hati dan jiwa pengabdian
pada Allah, akan selamatlah ia. (Imam Ibnu al-Jauzy).
Kebijaksanaan Orang-Orang Bijak
Di antara kebijaksanaan orang yang bijak, hendaknya
ia memberi keleluasaan hukum kepada temannya, sedang untuk dirinya memilih
hukum yang sempit. Sebab, keleluasaan bagi mereka sebagai bentuk penyertaan
ilmu. Sedangkan penyempitan untuk dirinya sendiri sebagai aturan wara’. (Imam
Ruwaym bin Ahmad)
Kendala yang Dihadapi Orang yang Menuju Allah
Kendala pertama yang dihadapi oleh orang yang menuju
Allah adalah kendala ilmu (Imam al-Ghazali)
Keberanian
Keberanian yang terpuji adalah didasari ilmu dan
perhitungan, bukan tatawwur (nekat dan ngawur). Karena itu, orang yang kuat dan
perkasa adalah orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah hingga dapat
melakukan yang mengandung kemaslahatan dan meninggalkan yang tidak mengandung
maslahat. Sedangkan orang yang emosional bukanlah pemberani dan juga bukan
orang kuat. (Imam Ibnu Taimiyah)
Kemenangan
Sesungguhnya sebuah pemikiran (fikrah) akan menang
bila keimanan padanya kuat, keikhlasan untuk memperjuangkannya terpenuhi,
semangat untuk menegakkannya bertambah, dan kesiapan untuk berkorban dan
beramal untuk merealisasikannya selalu tersedia. (Imam Hasan al-Banna)
Kekuatan Niat dan Motivasi
Jika seseorang datang ke sebuah majelis, hendaknya
ia hadir bukan karena lapar, tetapi atas niat dan motivasi yang baik dan harus
melupakan niatan-niatan duniawi. Saat itulah hatinya dapat menerima
nasehat-nasehat, sehingga ia sadar atas apa yang pernah diperbuatnya dan
tertarik untuk melakukan apa yang diketahuinya baik. Ia akan bangkit di atas
perahu makrifat-nya. Saat itulah hati mulai sadar atas perbuatan-perbuatan
buruk yang pernah dilakukannya, sehingga ia menyesal dan keingintahuannya
semakin bertambah besar. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Akibat Suka Berbohong
Kebohongan berawal dari jiwa, lalu merembet pada
lisan dan merusak perkataan. Kemudian merembet pada anggota badan dan merusak
segala perbuatan. Dan akhirnya kebohongan itu menyelimuti perkataan, perbuatan,
dan segala keadaan. (Imam Ibnul Qayyim)
Akibat Cinta Dunia
Sesungguhnya dunia ini hanyalah untuk dilalui dan
bukan untuk diramaikan. Hal itu tentunya telah Anda ketahui dan pahami. Apa
yang dicapai oleh orang-orang yang sangat cinta dunia hanyalah akan menyakitkan
badan dan merusak agamanya. Jika Anda tahu akan hal itu, kemudian Anda meratapi
hilangnya sesuatu yang tidak sepatutnya Anda miliki, maka kesedihan itu akan
menyiksa Anda, karena kelak Anda akan mengetahui maslahat di balik kehilangan
itu. Bersabarlah menerima kesedihan itu sebagai balasan kini, agar Anda selamat
dari siksa yang datang kemudian. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Al-Quran adalah Kalamullah
Al-Quran adalah kalamulah, barangsiapa mengatakan
bahwa al-Quran adalah makhluk maka dia telah kafir. (Imam Syafi’i)
Al-Quran adalah kalam Allah, bukan makhluk,
sedangkan perbuatan manusia adalah makhluk dan fitnah merupakan bid’ah. (Imam
Bukhari)
Berpikir Mendalam
Barangsiapa berpikir mendalam dan seksama tentang
akhir kehidupan, ia akan senantiasa waspada. Barangsiapa yang yakin akan betapa
panjangnya jalan yang akan ditempuh, maka ia akan menyiapkan bekal
sebaik-baiknya. Alangkah anehnya manusia yang yakin akan sesuatu, namun ia
melupakannya dan betapa anehnya mereka yang mengetahui bahaya sesuatu, namun ia
juga menutup mata! (Imam Ibnu al-Jauzy)
Berpijak pada as-Sunnah
Jika kalian dapati dalam kitabku sesuatu yang
menyelisihi Sunnah Rasulullah Saw. maka ambillah sunnah Rasulullah dan
tinggalkan ucapanku. (Imam Syafi’i)
Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Sesungguhnya, apa yang disebut berjuang melawan hawa
nafsu adalah laksana berjuangnya orang sakit yang cerdik. Ia bersabar untuk
meminum obat meskipun enggan, karena berharap dirinya sehat. Ia mau
berpahit-pahit dan memakan makanan yang sesuai dengan anjuran dokter dan tidak
menuruti hawa nafsunya untuk mengkonsumsi apapun yang akan membuatnya menyesal,
karena akan tidak diperbolehkan makan selamanya. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Berinteraksi dengan al-Quran
Kenikmatan hidup di bawah naungan al-Quran tak bisa
dirasakan kecuali oleh orang yang langsung menjalaninya. (asy-Syahid Sayyid
Quthb)
Bekerja
Ketahuilah, keseriusan kita dalam mencari harta akan
senantiasa memacu semangat, melapangkan hati, dan memotong seluruh alur
keberuntungan kita pada sesama makhluk. Tiada lain hal itu disebabkan jiwa yang
memiliki tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi. Syariat menggambarkan bahwa
jiwa Anda memiliki hak atas Anda dan pada mata Anda pun ada hak untuk Anda.
Perumpamaan perilaku orang-orang yang menempuh kehidupan tanpa harta adalah
laksana anjing yang tak pernah tahu siapa yang datang ke rumah mengetuk pintu.
(Imam Ibnu al-Jauzy)
Berlebihan Mencintai Wanita
Bagi saya, tak ada yang lebih cepat merusak daripada
mabuk akan wanita. Oleh karena setiap kali manusia condong kepada hal-hal yang
cantik, elok dan menggiurkan, maka gelegak syahwatnya melonjak melebihi batas
yang wajar. Ketika itulah seseorang rawan kehilangan kendali dalam dirinya.
(Imam Ibnu al-Jauzy)
Dosa yang Tersembunyi Akan Terlihat Juga
Betapa banyak manusia yang menyembunyikan apa yang
tidak Allah ridhai, lalu Dia membongkarnya setelah beberapa lama. Barangkali
mereka terperangkap dalam sebuah bencana yang membuat apa yang tersembunyi
selama ini menjadi tersingkap di mata manusia. Semua yang terjadi seolah
menjadi jawaban terhadap semua dosa yang selama ini pernah mereka lakukan.
Manusia harus sadar bahwa ada Zat Yang Maha Membalas perbuatan dosa. Manusia
pun harus sadar bahwa tiada berguna dinding yang ia jadikan benteng untuk
bersembunyi. Ia pun harus tahu bahwa amal-amalnya tak akan sirna begitu saja
laksana debu yang ditiup angin. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Hakikat Kehidupan
Pada hakikatnya waktu yang dimiliki manusia adalah
usianya dan modal dasar untuk kehidupannya yang abadi di surga yang kekal, atau
modal dasar untuk kehidupannya yang sempit di dalam siksaan yang pedih. Waktu
itu berlalu seperti berlalunya awan. Siapa yang menggunakan waktunya untuk
menaati Allah dan melaksanakan aturan-Nya, maka itulah kehidupan dan umurnya;
selain itu tidak dianggap sebagai kehidupannya. Sebaliknya, siapa yang hidup
dalam waktunya seperti gaya hidup binatang ternak, menggunakan waktu dalam
kelengahan, kelalaian, dan angan-angan kosong, atau sebaik-baik pemanfaatan
waktunya adalah untuk tidur dan menganggur, maka kematiannya lebih baik
daripada hidupnya. (Imam Ibnul Qayyim)
Hikmah Dibalik Hal-Hal yang Haram
Hal-hal yang haram memang tampak begitu manis. Akan
tetapi, di balik itu semua ada celaka yang berujung pada siksaan dan hinaan di
dunia dan akhirat. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Hikmah Dibalik Musibah
Siapa yang ditimpa musibah, kemudian berusaha untuk
menyingkirkannya, hendaklah ia membayangkan kembali apa arti semua itu.
Bayangkanlah pahalanya dan kemungkinan diturunkannya bencana yang lebih besar.
Orang seperti itu akan merasakan keuntungan dari cara pandang yang demikian.
Hendaknya ia membayangkan bahwa cobaan itu akan segera hilang. Sebab, jika
bukan karena besarnya cobaan, tak akan ada rasa senang dan tenang. Hendaklah ia
sadar bahwa cobaan yang ia alami saat ini adalah laksana tamu yang hanya
melepas kebutuhannya yang datang setiap saat. Alangkah cepatnya tamu itu
berlalu. Betapa indahnya pujian-pujian yang dilantunkan di tengah-tengah
pesta-pesta. Betapa terpujinya sang tuan rumah atas kedermawanannya.
Demikian pula, seorang mukmin yang ditimpa kesulitan
hendaknya memperhatikan waktu, mengawasi kondisi jiwa, menjaga anggota badan,
agar jangan sampai terucap dari lisan kita suatu kalimat yang tak pantas atau
timbul dari dalam hati ini rasa dengki. Jika demikian halnya, maka tampaklah
baginya fajar yang menyingsing menghadirkan pahala dan berlalulah malam yang
mengusung bala. Tatkala matahari pahala menyingsing, ia telah sampai pada
tujuan dengan selamat, melewati segala bencana dengan penuh kesabaran. (Imam
Ibnu al-Jauzy)
Sifat Malas dan Mudah Bosan
Hindarilah olehmu sifat malas dan musah bosan,
karena keduanya merupakan sumber dari segala kejahatan. Sebab apabila kamu malas,
maka kamu tidak akan tabah dalam menegakkan kebenaran. (Imam Muhammad
al-Baqir).
Selaras Antara Perbuatan dan Ucapan
Apabila Allah swt. menganugerahkan rezeki kepada
Anda dengan ucapan dan perbuatan, Allah Swt. akan menghilangkan ucapan, dan
melestarikan perbuatan. Sebab yang demikian merupakan nikmat. Namun apabila
Allah swt. melestarikan ucapan dan menghilangkan perbuatan, itulah musibah.
Apabila kedua duanya dihilangkan, itulah penderitaan. (Imam Ruwaym bin
Ahmad)
Terlalu Banyak Makan
Mereka yang terlalu banyak makan biasanya akan
banyak melakukan hal-hal yang menyimpang. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Setiap Perbuatan akan Kembali pada Diri Kita
Andaikata nafsu bisa lepas dari rayuan syahwat, maka
saya yakin ia bisa taat kepada Allah Tuhannya. Andaikata ia benar-benar
mencintai-Nya, sirnalah keterasingannya dari manusia saat ia sibuk dengan
Tuhannya. Oleh karenanya, banyak orang zuhud yang melakukan pengasingan
dan khalwat dan sibuk menghancurkan segala dinding yang menghalanginya menuju
Allah. Sebesar itu usaha mereka, sebesar itu pulalah hasil yang dicapainya. Hal
itu ibarat mereka mengetam sesuatu yang sepadan dengan apa yang disemainya
dahulu. (Imam Ibnu al-Jauzy).
Penyesalan
Wahai putra Adam, bertakwalah kepada Allah dan
janganlah engkau memadukan dua hal, yaitu sakaratul maut dan penyesalan
terhadap kesempatan yang terlewatkan. (Imam Hasan al-Bashri)
Penyantun
Bersikaplah penyantun, sesungguhnya bersikap
penyantun merupakan bagian dari ilmu. (Imam Ja’far ash-Shaddiq)
Orang yang Paling Tertipu dan Lemah
Orang yang paling tertipu ialah mereka yang selalu
melanggar apa yang Allah benci, namun mereka selalu memohon kepada-Nya agar
dikaruniai apa yang mereka sukai dan kehendaki. Orang yang lemah ialah orang
yang mengikuti hawa nafsunya, namun tetap mengharapkan ampunan dan kebaikan
dari Allah. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Menghormati Orang-Orang Shalih
Tatkala orang-orang shalih disebut, turunlah rahmat.
Siapa yang hanya hafal persengketaan, saling hasad, dengki, marah dan syahwat
tanpa menyadari hal yang menjadi keutamaan mereka, ia tidak akan mendapatkan
taufik Allah Swt dan ia akan masuk ke dalam ghibah yang akan menyimpangkannya
dari kebenaran. (Imam Sufyan ats-Tsaury)
Mengedepankan Akal
Dunia ini menjadi arena ujian dan cobaan, maka
hendaklah akal dikedepankan. Barangsiapa yang menyerah pada hawa nafsunya, ia
akan sangat mudah celaka. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Barangsiapa yang akalnya lebih kuat daripada watak
pribadinya dan bisa menguasainya, ia akan selamat. Sebaliknya, jika
terkalahkan, celakalah ia. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Akibat Berbuat Maksiat
Maksiat ibarat makanan yang ditelan oleh orang yang
lapar, namun ia tak pernah merasa kenyang, malah membuatnya semakin lapar.
(Imam Ibnu al-Jauzy)
Akibat Suka Berbohong
Hukuman paling pertama bagi orang yang berbohong
dari kebohongannya adalah dia tetap dianggap bohong ketika ia bersikap jujur.
(Imam Abdullah bin al-Mubarak)
Akibat Terus-Menerus Berbuat Dosa
Dosa terburuk yang akan berujung pada siksaan maha
berat ialah terus-menerus berbuat dosa. Sang pelaku kemudian berpura-pura
istighfar, berpura-pura shalat, dan memperbanyak ibadah. Ia mengira bahwa
kepura-puraan itu berguna bagi dirinya. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Baik Kepada Khaliq
Tatkala seorang hamba hanya baik kepada makhluk
tetapi tidak baik kepada Sang Khaliq, akan terbaliklah keadaan dirinya. Yang
memujanya akan mencelanya. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Andai tiada medan perjuangan terhadap nafsu, niscaya
takkan terealisasi pendakian para penempuh jalan menuju Allah. (Imam Ibnu
‘Athaillah as-Sakandari)
Kendala yang Dihadapi Orang yang Menuju Allah
Kendala pertama yang dihadapi oleh orang yang menuju
Allah adalah kendala ilmu (Imam al-Ghazali)
Mencintai Nabi Saw.
Mungkin kau menganggap, dengan mengikuti sejarahnya
(Nabi Saw.) dari kelahiran hingga wafatnya, berarti kau telah mempelajari
kehidupan Nabi Muhammad Saw., tetapi ini kesalahan besar. Kau tak akan pernah
benar-benar memahami Sirah kecuali kau mempelajari kitab suci al-Quran dan
Sunnah yang murni. Seberapa banyak yang kau pelajari dari sumber-sumber itu,
akan menunjukkan seberapa dekat hubunganmu dengan Rasulullah Saw.. (Syaikh
Muhammad al-Ghazali)
Orang yang Menunjukkan Aib Kita
Semoga rahmat Allah dilimpahkan kepada mereka yang
menunjukkan kepada kita aib dan kekuarangan diri kita. (Umar bin Khaththab Ra.)
Akibat Panjang Angan-Angan
Tidaklah seseorang memiliki panjang angan-angan,
melainkan amalnya menjadi buruk. (Imam Hasan al-Bashri)
Buah dari Mengendalikan Hawa Nafsu
Anda akan merasakan bahwa mengendalikan hawa nafsu
memiliki kenikmatan-kenikmatan yang tiada terkira. Kenikmatan itu akan semakin
terasa ketika nafsu semakin kuat dan keras ditekan. Orang yang bisa mengatasi
gejolak hawa nafsunya pantaslah dimuliakan dan disebut pemenang. Sebaliknya,
seseorang yang dikalahkan hawa nafsunya menjadi pecundang yang sangat hina.
(Imam Ibnu al-Jauzy)
Hendaklah Anda ingat, tatkala Anda bisa menekan hawa
nafsu, akan banyak hikmah dan keselamatan yang Anda peroleh dari kekuatan
kesabaran dalam menghadapi gejolak nafsu. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Instrospeksi Diri
Kekurangan dan kelebihan seseorang akan tampak jika
kita terus-menerus menginstropeksi diri. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Jangan Berputus Asa
Janganlah berputus asa karena ia bukan akhlak kaum
muslimin. Hakikat hari ini adalah impian hari kemarin, dan impian hari ini adalah
kenyataan hari esok. Kesempatan masih luas dan unsur-unsur kebaikan masih kuat
dan besar dalam jiwa kalian yang mukmin, meskipun tertutupi oleh berbagai
fenomena kerusakan. Yang lemah tidak selamanya lemah, dan yang kuat tidak
selamanya menjadi kuat. (Imam Hasan al-Banna)
Akibat Berbuat Maksiat
Rasanya ada orangtua yang tidak lagi dihormati di
masa tuanya, hingga ia merasa begitu resah. Ia tidak tahu bahwa hal itu
diakibatkan dosa-dosanya di masa muda. Jika Anda melihat suatu siksaan menimpa,
ketahuilah bahwa itu diakibatkan oleh dosa-dosa. (Imam Ibnu al-Jauzy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar