Semaoen (1925)
Eropa, Januari 1925
Tuan-tuan!
Rasa kebangsaan yang ada dalam dadanya kaum buruh dan tani memaksa pada kami menulis surat ini pada tuan-tuan.
Dalam negeri lain bangsa, maka kami tertarik dalam pikiran susah
dalam masa yang akhir-akhir ini, pertama oleh kabar-kabar tentang
negeri, rakyat dan bangsa kita, kedua oleh sikapnya negeri Belanda
terhadap pada kita orang Indonesia.
Lima puluh juta jiwa Indonesia bertempat dalam kepulauan yang
lebarnya 53 kali begitu besar dari negeri Belanda, ada di bawah
sepatunya satu kaum dari satu bangsa yang hanya memikirkan keuntungan
negerinya sendiri saja, dengan tidak memperdulikan nasibnya kita bangsa
Indonesia. Apa sebab bangsa kecil dari barat ini bisa membikin
koset-kaki pada kita? Sebab kaum priyayi, yang dalam urusan pemerintahan
negeri kita memegang pangkat-pangkat negeri 95% dari jumlahnya
pangkat-pangkat yang ada (satu resident dan beberapa biji orang Belanda
seperti Asistent Resident, controleurs, officiers, commissarissce
politie, dsb., dibantu oleh beratus-ratus lurah, carik, serdadu, politie
agenten, menteri, asisten-wedana, wedana, patih, kenjeng jaksa dan
sebagainya) sama menurut saja.
Beratus-ratus bangsa kita sendiri, kaum priyayi, sudah menaruh kepalanya di bawah sepatunya sedikit orang pegawai Belanda.
Beratus-ratus bangsa kita, yang katanya punya darah-adhi, yang
katanya sastrawan, yang mestinya, bunganya kebangsaan Indonesia.
Sekarang sama menurut saja pada sedikit orang-orang Belanda itu, menurut
saja meskipun hanya dijadikan anjing penjagaan buat keperluannya negeri
Barat ini saja. Ya, tuan-tuan, meskipun tuan-tuan pegang pangkat
Bupati, atau lurah desa, apakah kekuasaan tuan-tuan? Tidak berhak
mengatur negeri, tetapi mesti menjalankan saja peraturan-peraturan
negeri yang dibikin oleh orang-orang “witten” sebagai Gouverneur-general
dan konco-konconya Si Putih itu saja!
Jadi tuan-tuan hanya dipakai sebagai perkakas untuk menjalankan
kemauannya bangsa lain itu, kemauan putih yang sejatinya melawan pada
keperluan bangsa kita Indonesia.
Tuan-tuan dibayar buat menjadi anjing-anjing itu? Oh, mukoklah dan
heranlah kami kalau ingat bahwa bangsa kami yang disebut “priyayi” suka
menjadi anjing-Belanda karena “dibayar” dengan uang dan pangkat.
Dimanakah darah priyayi itu kalau suka menjadi anjing karena uang dan
pangkat saja? Sedang uangnya untuk bayar itu …. hanya di dapat dari
keringatnya Rakyat sebangsa tuan-tuan sendiri, dari pajak-pajak dan
pekerjaannya kaum buruh dan tani di negeri kita …..!
Itulah sebabnya, tuan-tuan, bangsa-bangsa lain melihat pada kita orang sebagai”budak belian” yang tidak berpangkat manusia.
O, menangislah kami dalam hati, mengetahui hal ini. Tetapi kami tidak
akan menangis dalam hati saja. Karena itu kami berikhtiar merubah
keadaan kita dengan bicara terus terang adanya perkara pada tuan-tuan.
Lihatlah:
Di Indonesia ada bekerja bank-bank, pabrik-pabrik,
onderneming-onderneming dan sebagainya kira-kira f 3.000.000.000 yang
menarik keuntungan tiap-tiap tahun rata-rata 10% atau f 300.000.000,-
Buat bayar pensiun orang-orang Belanda tiap-tiap tahun ditarik f
10.000.000.000. – perdagangan cita, lawon dan sebagainya memberi
keuntungan pada negeri Belanda tiap-tiap tahun tidak kurang dari pada f
40.000.000,-.
Buat bayar orang-orang Belanda (goepernoer jendral,
ingenieur, inspecteurs dan sebagainya) tiap-tiap tahun rata-rata f
50.000.000,-.
Buat kasih keuntungan pada modal Belanda lain-lain,
seperti kasih renten pinjaman luar negeri, ongkos Belanda pergi verlof
dan sebagainya, saban tahun rata-rata f 40.000.000,-.
Total
kurang lebih f 450.000.000,- atau f 500.000.000,- saban tahun diangkat
dari negeri kita buat keperluannya negeri Belanda sini. Rata-rata saban
tahun 1 jiwa, tua-muda, bayi, dan nenek-nenek, laki-perempuan Indonesia,
mesti kasih f 10,- buat negeri Belanda, ialah kaum modalnya!
Ini Belanda sudah isap kita, dan juga ambil semua cahaya
Indonesia, sebab dia orang dapat pangkat “bangsa-besar” di dunia, tetapi
buat kita hanya ketinggalan dapat titel bangsa taklukan atau budak.
Apakah jadinya karena hal-hal di atas itu? Di negeri Belanda sini,
tuan-tuan, hampir semua orang hidup di gedong-gedong, mempunyai
kursi-kursi yang memakai kasur, mempunyai pakaian yang baik-baik, makan
cukup, tidak banyak penyakit, bisa membikin sekolahan tinggi buat
anak-anaknya, dimana-mana kelihatan kaya, sehingga dia orang tidak mau
merubahnya atau merubah negerinya menjadi negeri kaum buruh. Inilah yang
kami lihat sendiri di negeri Belanda selama dua tahun, tuan-tuan. Dan
di negeri kita:
Rakyat kita rumahnya bobrok, satu hari makan, lain hari tidak bisa
membeli ikan, bale-bale saja perhiasan rumah kita, sekolahan tiada
cukup adanya, penyakit terlalu banyak, anak priyayi tidak bisa
ditanggung bisa jadi kanjeng semua, familinya serdadu, politie-agent,
veld politie-agent, marichausee, ada yang sudah satu tahun tidak bisa
dapat pekerjaan sehingga menjadi pencuri, anak perempuan familinya
tuan-tuan ada yang terpaksa menyundel, sanak famili tuan-tuan ada yang
mengeluh susah kekurangan ini dan itu dan begitulah seterusnya.
Sebab orang rezeki usaha Rakyat Indonesia diangkat alus-alusan ke
negeri Belanda sehingga penuh disini, kosong di negeri kita. Semakin
tahun ditambah disini, tetapi semakin tahun dikeruk gemuknya negeri,
rakyat dan bangsa kita.
Tuan-tuan!
Ini “rampasan” buat
negeri Belanda terlalu amat enak. Dari enaknya mereka akan terus
berikhtiar berbuat itu dan tidak sama sekali akan suka memperhatikan dan
memerdekakan rakyat serta bangsa di negeri kita dari isapan itu; karena
itu omong kosonglah orang-orang yang mengira Gouvernment Belanda bisa
baik hati pada kita.
Dan buat permainan “ambil dengan alus-alusan” inilah, tuan-tuan
Gouvernment Belanda beli tuan-tuan punya jiwa dengan…. Uangnya, pajaknya
Rakyat kita sendiri, serta dengan kata manis-manis dan membagi-bagi ….
Bintang dan pita oranye! Supaya priyayi seperti anak-anak kecil bungah
dan besar hati dan setia pada “papa” kanjeng Gouvernment itu, meskipun
“papa” tadi bisanya Cuma membrandal kekayaan negeri kita saja.
O,
tuan-tuan! Apakah perlunya tuan-tuan suka jadi perkakas
anjing-anjingnya Belanda itu? Sungguhlah, rasa kesetiaan tuan harus
memberontakkan pada tuan-tuan punya hati. Tuan-tuan punya dada harus
terbuka dan kemasukan jiwa prajurit dan pahlawan Indonesia melawan itu.
Hanyalah Partai Kommunist Indonesia, Sarekat Rakyat, dan
kumpulan-kumpulan kaum buruh seperti V.S.T.P, dan sebagainya itulah yang
tahu terang kejahatannya kaum modal Belanda itu dan mengajak melawan
itu. Karena itu ada beberapa guru-guru, guru bantu dan juga ada
priyayi-priyayi sama membantu kumpulan-kumpulan merah tadi. Tetapi apa
kata? Gouvernment melarang satria-satria tadi untuk turut-turut
berikhtiar memerdekakan Rakyat. Saudara-saudara kita malah dilarang
membaca organ-organ kita seperti:
Api, Soeara-Rakyat, keluar di Semarang.
Pandoe Merah, keluar di Amsterdam dan sebagainya, dan lain-lain lagi.
Baru baca tulisan-tulisan untuk keperluannya Rakyat saja sudah dilarang!
Janganpun menjadi lid partai-partai kita buat turut berikhtiar
memperbaiki nasib rakyat dan negeri kita!!!
Tuan-tuan!
Ingatlah ini! Ketahuilah kejahatan-kejahatan
yang timbul dari si kaum modal Belanda ini. Ingatlah hati-hati itu kalau
tuan disuruh:
1. Membubarkan vergadering-vergadering rakyat.
2. Menggoda vergadering-vergadering itu dengan membikin rewel
fatsal bewijs van lidmaatschap, ladenlijst, bicara keras sampai
kedengaran di luar lalu lantas disuruh mengatakan “openlucht” disuruh
bikin conferentie dessa buat menghalang-halangi orang-orang Rakyat
datang di vergaderingnya partai kita, atau melarang anak-anak muda
kurang dari 18 tahun ada datang di vergadering-vergadering tersebut,
atau menyetop saudara-saudara kita yang berbicara terus terang
sebetul-betulnya di muka rakyat, atau disuruh bikin “delik”
“spreekdelicten” atau mem-“spreekdelicten” dan lain-lain akal untuk
menghalang-halangi vergadering-veragdering kita, ingatlah pada dosanya
Gouvernment pada tuan-tuan punya bangsa, negeri dan Rakyat, tuan-tuan.
Kalau tuan-tuan mau menurut saja pada akal membungkam jalan ikhtiar
Rakyat untuk mencari kemerdekaannya itu, maka haraplah ingat pada
dosanya Gouvernment dan lalu jagalah keperluannya Rakyat yang
dipermainkan itu yaitu oleh Gouvernment tersebut.
3. Kalau tuan-tuan ada sangkalan ada kumpulan atau vergadering
rahasia, apa itu Gouverneur-generaal dan konco-konconya bisa tahu kalau
tuan-tuan bangsa kita sendiri tidak “repot” dan “menangkap”? Tentu
tidak! Na, disinilah tuan-tuan bisa turut-turut berikhtiar untuk
keperluannya tuan-tuan punya bangsa, Rakyat dan negeri sendiri, sebab
orang-orang Belanda tidak mengerti betul bahasa kita dan tidak bisa tahu
apa-apa tentang hal-hal yang kejadian di desa-desa dan di
kampung-kampung serta lain-lain tempat. Tuan-tuan bangsa kita yang
menjadi priyayi, serdadu, velppolitie dan mata-mata, ketahuilah
kewajiban tuan-tuan terhadap pada Rakyat dan ikhtiar mereka yang mencari
kemerdekaannya Indonesia.
4. Ingatlah, tuan-tuan! Kita Rakyat kekurangan sekolahan;
sekolahan-sekolahan rakyat didirikan oleh kaum Kommunist, tetapi apa
lacur sekolahan-sekolahan kita lalu disuruh menghalang-halangi dan ada
yang sampai tertutup! Siapa yang kasih repot pasal “bahayanya”
sekolahan-sekolahan kita? (semua keperluan Rakyat kita dan berbahaya
buat kaum modal Belanda). Belanda tidak bisa tahu hal itu kalau tidak
ada bangsa kita yang “repot-repotan”. Ingatlah, tuan-tuan yang mau bikin
repot, ingatlah pada dosanya Gouvernment Belanda terhadap kita.
5. Belanja kaum buruh terus turun, juga penghasilannya agent-agent
polisi dan serdadu terus kurang, sedang sanak familinya banyak yang
kesusahan, akan tetapi…. Mogok untuk berikhtiar sungguh-sungguh
menaikkan belanja umum disuruh tindas oleh Gouvernment! Tuan-tuan,
berontaklah perasaan tuan-tuan kalau disuruh menindas begitu.
6. Pajak Rakyat terus naik, Rakyat gemi tidak beli “korek-api”,
sebab ada “korek-nekel-batoe-api”, tetapi Gouvernment memajaki berat
pada “api model baru”, itu dan Rakyat mesti beli itu perkakas gemi
semahal-mahalnya Tuan-tuan, ingatlah pada dosanya Gouvernment.
Kewajiban tuan-tuan ialah turut berikhtiar kasih pengajaran pada
buaya-buaya modal Belanda itu, yaitu dengan protes keras tidak mau
menuruti pada pemerintah Gouvernment untuk menindas gerakan kita Rakyat
dengan jalan terang atau dengan jalan gelap, yaitu “nabok keperluan
modal Belanda dengan pinjam tangan”. Ingatlah kalau mau membikin
repottan, tuan-tuan. Kalau gerakan kita kekurangan modal gerak, bantulah
juga dengan kasih uang pakai jalan rahasia. Dan juga bantulah dengan
tutup mata, pura-pura tidak tahu apa-apa dan sebagainya supaya Rakyat
bisa atur gerakannya “siem-siem”, ya tuan-tuan?
Pasal saudara-saudara kita serdadu, opas-opas, agen polisi di
kota-kota, veldpolitie, marechaussee dan sebagainya, ingatlah
saudara-saudara pada saudara-saudara, punya famili orang-orang tani dan
buruh; ingatlah pada masuknya famili saudara-saudara itu,, yaitu kita
punya musuh si brandal-brandal kaum modal Belanda. Sampai sekarang
Goepernement-nya lain bangsa ini bisa mengadu dengan jalan kasar dan
alus perasaan kita dari Ambon terhadap pada saudara-saudara kita dari
Menado, perasaan Menado supaya benci pada Jawa dan sebaliknya perasaan
Jawa diadu dengan perasaan Madura disuruh benci pada Sunda dan begitu
seterusnya sebab dengan adu-mengadu itu pun Gouvernement Belanda lalu
bisa kuat buat menindas kita orang bersama-sama. Ketahuilah akal buaya
modal Belanda ini dan bersatulah kita orang Rakyat-rakyat dari seantero
Indonesia di golongan militer, veld politie, politie dan lain-lain
bersama-sama dengan Rakyat buruh dan tani moelai New-Guinea sampai Aceh,
Jawa, Sunda, Madura, Bali, Timoer sampai Borneo, padang sampai Makasar
dan Pontianak, pendek bersama-sama Rakyat antar Indonesia, yang bersama
diadu lalu dihina bersama, diperas dan ditindas bersama oleh satu musuh
bersama yaitu kaum modal Belanda dan ia punya Goepernement. Ingatlah
pada pemerasan dan penindasan serta isapan di mana-mana di Indonesia
sekarang ini. O, saudara-saudara kaum militer dan saudara-saudara
agenten politie segala golongan dan sesudahnya ingat, sediakanlah
saudara-saudara punya senjata buat bersatu gerak dengan semua
rakyat-rakyat Indonesia supaya kita bersama dalam saatnya yang baik bisa
mengusir bersama pemeras dan penindas putih itu.
Dengan bantuan tuan-tuan dan saudara-saudara pakai jalan terang
dan alus serta lain-lain akal ikhtiar lagi maka tuan-tuan dan
saudara-saudara akan dapat hadiah Rakyat yang kemudian merdekakan diri
dari tindasan dan pemerasannya kaum modal si brandal-brandal itu,
begitulah saudara-saudara dan tuan-tuan akan punya arti satria dalam
hikayatnya negeri kita dan hikayat dunia.
Berdirilah tegak
dalam barisan terang dan gelap melawan musuh-musuh kita, tuan-tuan dan
saudara-saudara. Lemparkanlah ke bawah itu buaya-buaya putih yang
menaruh sepatunya di atas tuan-tuan dan saudara-saudara punya kepala.
Berontaklah tuan-tuan dan saudaara-saudara punya hati untuk
membela keperluan negeri, bangsa dan Rakyat Indonesia, dan lawanlah kaum
brandal putih yang memeras, menghisap kekayaan Indonesia, menindas
gerakan Rakyat yang berikhtiar memerdekakan diri itu. Jangan lupa,
tuan-tuan dan saudara-saudara.
Dari kami tiga orang anak Indonesia yang mempelajari politik macam-macam negeri di antero dunia: Abdoellah, Wen Tu dan Noto.
N. B. Tuan-tuan dan saudara-saudara, kalau sebenarnya tuan-tuan
dan saudara-saudara orang yang satria, maka kalau habis dibaca janganlah
dibuang, tetapi sebarlah di mana-mana antara kaum priyayi, serdadu dan
polisi-polisi segala golongan dan bangsa kita di Indonesia. Caranya
menyebarkan: masukkan dalam amplop, alamatkan pada salah satu yang
tuan-tuan atau saudara-saudara tuju, tutuplah amplopnya dan taruh
postzegelnya. Lalu masukkan di bus postkantoor biar dikirim terus.
Sebagai afzender taruh saja nama bikin-bikinan seperti: Soeto, kampung
Jagalan, Bandoong atau lain-lain sebagainya lagi. Biar tidak bisa
diketahui siapa yang menyebarkan ini surat kepentingan Indonesia. Ini
waktu sudah banyak dari surat ini masuk dimana-mana keprajian,
lurah-lurah desa tangsi-tangsi dan sebagainya, tetapi meskipun begitu
sebarkanlah ini terus menerus sampai semua bangsa kita tahu maksudnya
mencari kemerdekaan Rakyat kita ini. Dan lagi: Kalau menulis alamat
putarlah tangan tulisan, biar musuh kita tidak bisa urus siapa yang
mengirim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar